22.39 |
Author: linda oct_soelis
Pontianak Post, Kamis, 28 Mei 2009 , 07:27:00
Ambalat Memanas, Tujuh Armada Siaga Perang
IKUT AMANKAN: Dua pesawat Hawk-100 dan Hawk 200 ikut mengamankan perairan
Ambalat, dalam operasi Tameng Petir, akhir April lalu.foto DOK/RADAR TARAKAN
JAKARTA--Kapal- kapal perang RI terus bersiaga penuh di sekitar perairan
Ambalat, Kalimantan Timur. Sejak armada Malaysia mengusik Ambalat Selasa
lalu, kapal-kapal tersebut tidak akan ditarik dari wilayah
perbatasan." Mereka berjaga, ada atau tidak ada kapal Malaysia," kata Kepala
Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Iskandar Sitompul
kepada Pontianak Post di Jakarta kemarin (27/5). "Nanti, kalau lowong,
Malaysia lewat, terus bagaimana?" imbuhnya.
TNI-AL menyiagakan tujuh kapal perang dan 20 kapal patroli ringan. Kepala
Dinas Penerangan Armada Timur TNI-AL Letnan Kolonel (KH) Toni Syaiful
menambahkan, dalam patroli rutin itu kapal dalam kondisi siap perang. "Kita
sudah siapkan untuk kondisi darurat. Mulai pertahanan udara, pertahanan
permukaan, dan kemampuan pertahanan bawah air," ungkapnya.
Jadi, jika terjadi kontak fisik, kapal perang Indonesia tak akan surut ke
belakang. "Kita bela kedaulatan meski sejengkal sekalipun," tegas Toni.
Sayang, jika terjadi kerusakan kapal, armada harus ditarik ke Makassar atau
ke Surabaya. "Yang paling lengkap di Surabaya. Sudah ada tempat pengisian
logistik, perawatan kapal, dan pengisian bahan bakar," jelasnya. Karena itu,
TNI-AL sedang berusaha merintis sebuah pangkalan utama di Tarakan. Jika
pangkalan utama TNI-AL dibangun di Tarakan, kapal perang tak harus ke
Surabaya atau Makassar. "Jaraknya terlalu jauh dan kurang efektif," terang
perwira murah senyum itu. Saat ini, prosesnya masih berjalan. "Kami berharap
bisa segera rampung. Itu sangat membantu dalam operasional pengamanan di
wilayah perbatasan," katanya. Sambil menunggu, TNI-AL mengandalkan kapal
perang dan bantuan patroli udara dari pesawat Nomad Pusat Penerbangan AL.
"Di darat, ada Marinir di Pulau Sebatik dan satu batalyon TNI-AD di
Nunukan," jelas Toni. Koordinasi antarsatuan penjaga juga berjalan harmonis
dan baik. "Kami tidak terpancing Malaysia, tapi kami mengamankan negara.
Berapa pun kapal mereka, kami siap," tegasnya. Laksamana Pertama Iskandar
Sitompul menjelaskan, laporan tentang pelanggaran batas wilayah itu sudah
disampaikan ke Mabes TNI. "Urutannya, dari TNI-AL ke Mabes TNI, lalu ke
Dephan. Nanti dari Dephan ke Deplu," bebernya. Proses negosiasi diplomatik
selanjutnya berada di tangan Departemen Luar Negeri. "Kami yang di lapangan
tetap siap dalam kondisi apa pun ," katanya. (rdl/iro) ***
Ambalat Memanas, Tujuh Armada Siaga Perang
IKUT AMANKAN: Dua pesawat Hawk-100 dan Hawk 200 ikut mengamankan perairan
Ambalat, dalam operasi Tameng Petir, akhir April lalu.foto DOK/RADAR TARAKAN
JAKARTA--Kapal- kapal perang RI terus bersiaga penuh di sekitar perairan
Ambalat, Kalimantan Timur. Sejak armada Malaysia mengusik Ambalat Selasa
lalu, kapal-kapal tersebut tidak akan ditarik dari wilayah
perbatasan." Mereka berjaga, ada atau tidak ada kapal Malaysia," kata Kepala
Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Iskandar Sitompul
kepada Pontianak Post di Jakarta kemarin (27/5). "Nanti, kalau lowong,
Malaysia lewat, terus bagaimana?" imbuhnya.
TNI-AL menyiagakan tujuh kapal perang dan 20 kapal patroli ringan. Kepala
Dinas Penerangan Armada Timur TNI-AL Letnan Kolonel (KH) Toni Syaiful
menambahkan, dalam patroli rutin itu kapal dalam kondisi siap perang. "Kita
sudah siapkan untuk kondisi darurat. Mulai pertahanan udara, pertahanan
permukaan, dan kemampuan pertahanan bawah air," ungkapnya.
Jadi, jika terjadi kontak fisik, kapal perang Indonesia tak akan surut ke
belakang. "Kita bela kedaulatan meski sejengkal sekalipun," tegas Toni.
Sayang, jika terjadi kerusakan kapal, armada harus ditarik ke Makassar atau
ke Surabaya. "Yang paling lengkap di Surabaya. Sudah ada tempat pengisian
logistik, perawatan kapal, dan pengisian bahan bakar," jelasnya. Karena itu,
TNI-AL sedang berusaha merintis sebuah pangkalan utama di Tarakan. Jika
pangkalan utama TNI-AL dibangun di Tarakan, kapal perang tak harus ke
Surabaya atau Makassar. "Jaraknya terlalu jauh dan kurang efektif," terang
perwira murah senyum itu. Saat ini, prosesnya masih berjalan. "Kami berharap
bisa segera rampung. Itu sangat membantu dalam operasional pengamanan di
wilayah perbatasan," katanya. Sambil menunggu, TNI-AL mengandalkan kapal
perang dan bantuan patroli udara dari pesawat Nomad Pusat Penerbangan AL.
"Di darat, ada Marinir di Pulau Sebatik dan satu batalyon TNI-AD di
Nunukan," jelas Toni. Koordinasi antarsatuan penjaga juga berjalan harmonis
dan baik. "Kami tidak terpancing Malaysia, tapi kami mengamankan negara.
Berapa pun kapal mereka, kami siap," tegasnya. Laksamana Pertama Iskandar
Sitompul menjelaskan, laporan tentang pelanggaran batas wilayah itu sudah
disampaikan ke Mabes TNI. "Urutannya, dari TNI-AL ke Mabes TNI, lalu ke
Dephan. Nanti dari Dephan ke Deplu," bebernya. Proses negosiasi diplomatik
selanjutnya berada di tangan Departemen Luar Negeri. "Kami yang di lapangan
tetap siap dalam kondisi apa pun ," katanya. (rdl/iro) ***
Category:
informasi
|
0 komentar: